Saat Organisasi Mulai Terasa Toxic: Pentingnya Teman Sejalan dalam Berorganisasi
Ilustrasi --ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM – Bergabung dalam organisasi sering kali dianggap sebagai langkah penting untuk mengembangkan diri, melatih kepemimpinan, hingga memperluas jaringan pertemanan. Namun, kenyataannya tidak semua pengalaman berorganisasi berjalan mulus.
Ada kalanya organisasi justru terasa toxic, terutama ketika seorang anggota tidak menemukan teman yang sejalan dalam nilai, visi, maupun cara berkomunikasi.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan perasaan terasing, kesulitan menyalurkan ide, bahkan munculnya tekanan psikologis karena lingkungan yang tidak mendukung.
Seorang individu bisa merasa terpaksa mengikuti ritme organisasi tanpa benar-benar menikmati prosesnya. Jika berlangsung lama, hal ini berpotensi menurunkan motivasi dan membuat seseorang kehilangan minat untuk aktif.
Kondisi toxic dalam organisasi bukan hanya soal konflik internal atau perbedaan pendapat, melainkan juga soal keterhubungan emosional. Teman sejalan berperan penting sebagai “support system” yang membuat kegiatan organisasi terasa lebih ringan.
Tanpa adanya sosok yang bisa diajak berbagi keluh kesah atau menyamakan pandangan, anggota organisasi rentan merasa sendirian meskipun berada dalam kelompok besar.
BACA JUGA:Mengapa Sering Terbalik Menyebut Warna Hijau dan Biru? Simak Fakta Uniknya!
Psikolog menyebutkan bahwa dukungan sosial adalah salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan mental. Lingkungan yang sehat mampu meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi stres, dan mendorong produktivitas.
Sebaliknya, organisasi yang penuh drama, kompetisi tidak sehat, atau minim rasa solidaritas bisa menciptakan suasana toksik yang justru merugikan.
Untuk menghindari kondisi ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, penting bagi setiap individu untuk memilih organisasi yang benar-benar sesuai dengan minat dan tujuan pribadi.
Dengan begitu, peluang menemukan teman sejalan akan lebih besar. Kedua, jangan ragu untuk membuka komunikasi yang jujur dan sehat. Kadang masalah muncul bukan karena perbedaan visi, melainkan karena miskomunikasi antaranggota.
Selain itu, membangun circle kecil di dalam organisasi juga bisa menjadi strategi bertahan. Tidak perlu semua orang sejalan, cukup ada satu atau dua teman yang bisa dipercaya untuk menjadi tempat berbagi. Dukungan kecil ini dapat memberi energi positif agar seseorang tetap merasa memiliki tempat dalam organisasi.
Namun, bila suasana sudah terlalu berat dan menimbulkan dampak negatif bagi mental maupun produktivitas, tidak ada salahnya mempertimbangkan untuk keluar. Berorganisasi seharusnya menjadi ruang belajar yang sehat, bukan sumber tekanan.
Pada akhirnya, kunci utama agar organisasi tidak terasa toxic adalah terciptanya budaya saling menghargai dan mendukung. Kehadiran teman sejalan bukan hanya membuat perjalanan berorganisasi lebih menyenangkan, tetapi juga memastikan setiap individu dapat tumbuh bersama secara positif.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
