BANNER HEADER DISWAY HD

Seniman Jepang Sho Shibuya Sorot Krisis Indonesia Lewat Karya di Halaman Depan The New York Times

Seniman Jepang Sho Shibuya Sorot Krisis Indonesia Lewat Karya di Halaman Depan The New York Times

Ilustrasi--ISTIMEWA

RADARTVNEWS.COM - Seniman asal Jepang, Sho Shibuya, kembali menarik perhatian dunia internasional melalui karya seninya yang terpampang di halaman depan The New York Times. Kali ini, Shibuya mengangkat isu krisis yang tengah melanda Indonesia, khususnya terkait gelombang protes besar yang berlangsung di Indonesia saat ini. 

Dalam karya terbarunya, Shibuya menampilkan gradasi warna merah ke putih yang menyerupai bendera Indonesia. Visual sederhana namun sarat makna ini menjadi simbol perjuangan masyarakat di tengah ketegangan politik dan sosial yang mencuat. Merah merepresentasikan konflik, penderitaan, serta kekerasan yang muncul dalam demonstrasi, sementara putih menggambarkan harapan akan pemulihan dan masa depan yang lebih damai. 

BACA JUGA:Mesin yang Melaju, Kuasa yang Membisu: Potret Luka Demokrasi Indonesia

Karya Sho Shibuya dengan gradasi merah ke putih di The New York Times melambangkan perjuangan Indonesia di tengah protes 2025. Merah menunjukkan konflik dan penderitaan, putih harapan pemulihan, mencerminkan kritik terhadap pemerintah Prabowo dan solidaritas global. Sesuai gaya Shibuya, ini juga mengeksplorasi waktu serta emosi rakyat yang menuntut reformasi. 

Shibuya sendiri dikenal melalui serangkaian karya yang ia sebut sebagai Sunrises from a Small Window, di mana ia melukis gradasi warna matahari terbit setiap hari di halaman depan surat kabar. Dari sana, ia mengembangkan gayanya dengan merespons isu-isu sosial, politik, dan lingkungan. Dengan medium yang sama, ia memanfaatkan surat kabar ternama dunia untuk menyampaikan kritik halus sekaligus refleksi kolektif. 

Tindakan Shibuya ini tidak hanya berbicara soal seni, melainkan juga solidaritas lintas negara. Melalui karyanya, ia seakan menegaskan bahwa krisis di Indonesia bukan hanya urusan domestik, melainkan juga menjadi perhatian dunia internasional. Seni digunakan sebagai bahasa universal untuk menyuarakan keadilan dan memberi ruang empati global. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: